Masyarakat Kab Kuningan memiliki mitos ikan dewa yang terdapat di Balong Keramat di Kec Cigugur, Darmaloka, Desa Ragawacana Kec Kramatmulya. Desa Sidamulya dan Manis Kidul Kec Jalaksana serta di Kec Pasawahan. Ikan dewa oleh masyarakat sekitar tidak pernah diganggu. Apalagi dipancing untuk dikonsumsi.
Mitos tersebut terpelihara sampai sekarang. Dampaknya, banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke Kuningan sekedar ingin mengetahui ikan dewa. Padahal jenis ikannya sama dengan ikan emas. Hanya perbedaannya habitatnya berada di air bersuhu dingin dan berasal dari sumber mata air.
Menurut sumber lisan masyarakat. Keberadaan ikan dewa tidak terlepas dari Rama Haji Irengan. Salah satu ulama yang menyebarkan Islam di Kab Kuningan sekitar abad ke 15. Ia adalah seorang catrik (santri) yang belajar agama Islam pada Sunan Gunung Djati di Cirebon.
Dikirimnya Rama Haji Irengan, sebagai tindaklanjut penyebaran Islam di wilayah Kuningan sebelah selatan yang masih memeluk agama Hindu-Budha. Penyebarannya tidak saja di wilayah selatan. Namun ke utara pun dikerjakan. Mulai Kec Darma sampai Pasawahan.
Saat penyebaran itu, Rama Haji Irengan membuat balong (kolam-red) sebagai tanda masyarakatnya sudah Islam. Membuat kolam itu dilakukannya dalam satu malam dan langsung ditanami ikan. Ikan itu lah yang sampai sekarang disebut ikan dewa dan tidak boleh dimakan oleh siapa pun.
Enok (48) warga Kel/Kec Cigugur menyebutkan. “Masyarakat di sekitar sini (Cigugur-red) tidak ada yang berani mengganggu ikan dewa. Pernah suatu ketika, ikan dewa dari Balong Keramat Cigugur diambil oleh petugas dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta untuk ditangkarkan di sana,” ucapnya.
Lanjutnya, “yang saya tahu, ikan di Balong Kramat terlihat stres semua. Berdasarkan kebiasaan, ikan tidak berani muncul ke atas permukaan air. Hal itu berlangsung lama. Ketika ikan dibawa, saya juga ikut sedih. Bagaimana tidak sedih, ikan sebesar bayi yang setiap hari dilihat dibawa,” ungkapnya.
Namun dirinya tidak tahu kelanjutannya, apakah ikan yang dibawa ke TMII itu sekarang masih hidup atau tidak. Enok masih percaya ikan dewa selalu berpindah tempat jika di salah satu balong kramat mengalami air surut. Ia pun memberikan contoh. Ketika balong Cigugur dikuras, ikannya tidak ada.
“Ada waktunya ikan itu pindah ke tempat lain. Seperti dari Balong Kramat Cigugur ke Cibulan (Manis Kidul-red). Begitu pun sebaliknya. Soalnya jumlah ikannya tidak pernah berkurang maupun bertambah. Tetap saja segitu,” ucapnya.
Suryono, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kab Kuningan menyebutkan. Ikan dewa merupakan khasanah budaya masyarakat Kuningan. Hal itu berlangsung ratusan tahun lalu yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik.
Tidak saja berupa ikannya, kata Suryono, termasuk folklornya pun tetap lestari. “Memang banyak keunikan dari ikan dewa sehingga banyak pengunjung dari luar kota yang hanya sekedar melihatnya,” ungkapnya.***
Sumber:
Sitihawa
http://umum.kompasiana.com/2009/03/12/di-kabupaten-kuningan-ada-ikan-dewa/
17 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar